Rabu, 17 Januari 2018

Bangunan Eco-Building: Menara Mesiniaga Tower Subang Malaysia



Eko Arsitektur adalah suatu keselarasan antara suatu bentuk masa ( bangunan ) dengan alam atau lingkungan sekitarnya, mulai dari Atmosfer, biosfer , Lithosfer serta komunitas.yang mana semua unsur serta nilai – nilai yang ada dapat berjalan harmoni sehingga dapat di rasakan kenyaman, kemanan,keindahan serta ketertarikan.


Kata- kata eko Arsitektur, mengandung arti yang sangat kompleks dan mungkin agak sedikit rumit untuk di dapat di pahami, jadi mungkin disini dapat kita urai apa sebenarnya eko dan apa itu Arsitektur
Eko,berasal dari kata ekologi yang artinya adalah lingkungan ( lingkungan yang terpelihara mulai dari Atmosfer, Biosfer, dan Lithosper ), sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa, atau juga tata ruang yang terencana secara fungsional yang direncanakan oleh arsitek serta disiplin ilmu lain yang terlibat di dalamnya,jadi dapat di ambil pengertian bahwa Eko Arisitektur selain dari pada bentuk masa bangunan, material, tata ruang atau pun nilai kearifan lokal yang ada, juga adalah kepedulian kita sendiri terhadap bangunan tersebut, bagaimana kita mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut,bagaimana kita mengelolanya, dan bagaimana kita merawatnya.

Bangunan Ekologi ( Eco Building )Bangunan Ekologi ( Eco Building ), sendiri di arahkan lebih Spesifik ke bentuk masa bangunan,Utiitas ( listrik, air, udara, Limbah,sampah ) serta penegasan dari pada material yang di gunakan, dan energi yang di gunakan tapi juga bukan berarti kita tidak boleh menggunakan suatu disain yang modern atau material yang modern pula, hanya di perlukan kesepakatan , kelayakan dan volume yang di gunakan.

Salahsatu contoh bangunan Eco Building adalah Menara Mesiniaga Tower Subang Malaysia yang dibangun oleh Arsitek Ken Yeang.

                                         



Sebagaimana jenis arsitektur yang berkembang pada akhir abad 20, Menara Mesiniaga pada tahun 1990 dibuat dari konstruksi baja dan kaca yang prefabricated dan mempercepat masa konstruksi. Terdiri dari 15 lantai dengan ketinggian 63 m dan bergaya Arsitektur Modern. Memperhatikan iklim tropis, Yeang menempatkan tangga dan lift pada bagian timur menara, dan ruang-ruang pada sisi barat yang dilindungi oleh kisi-kisi penahan panas. Tujuannya agar sinar matahari pagi cukup maksimal dan cahaya sore yang panas bisa ditahan oleh kisi-kisi tersebut.

Perhatian Yeang adalah pada hubungan antara lingkungan binaan (built environment) dengan lingkungan alam yang diwujudkan dalam adaptasi terhadap cahaya matahari dan angin melalui studi yang mendalam untuk mendapatkan bangunan tingkat tinggi dengan pencahayaan dan penghawaan alami. Aliran udara dimasukkan dalam bangunan melalui innercourt dan 'dinding angin' yang juga memasukkan cahaya alami.

Beberapa bagian bangunan yang berfungsi sebagai 'buffer' atau penahan untuk angin, sinar matahari dan sebagainya diwujudkan dalam kisi-kisi, tabir, balkon, atau buffer tanaman yang disarankan oleh Yeang dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tropis. 







Konsep Ken Yeang tentang pencakar langit yang disebutnya 'Artificial Land in the Sky' merupakan konsep pencakar langit (high rise building) yang dapat 'hidup' dan beradaptasi dengan lingkungannya seperti halnya mahluk hidup. Struktur bangunan berfungsi sebagai bingkai dan lantai-lantainya dapat berfungsi berbeda beda, seperti menjadi taman bermain, mall, cafe atau yang lainnya. Konsep ini tak ubahnya seperti mendefinisikan lantai-lantai pencakar langit menjadi seperti sebuah lahan kosong yang bisa diisi berbagai fungsi seperti perumahan, taman, serta tempat-tempat komersial pada umumnya.

"Bangunan akan harus didesain bukan sebagai sistem terbuka berenergi tinggi yang polutan, tapi sebagai tiruan dari ekosistem urban yang berhubungan dengan imput, output dan operasi didalam konteks tersebut dan membawa kapasitas ekosistem dalam biosfer..."

Lingkungan binaan (built environment) akan berinteraksi dengan lingkungannya dalam hubungan yang lebih organik dan alami, serta mengurangi dampak dari arsitektur yang inorganik atau artifisial. Hal ini berarti, mendefinisikan kembali sistem-sistem dalam bangunan tinggi yang selama ini banyak menggunakan sistem buatan seperti penghawaan buatan (air conditioning/AC) menjadi penghawaan alami, melalui proses-proses yang biasa didapatkan dari alam secara langsung.






Hal ini bisa berarti membawa unsur tanaman hijau dalam lingkungan vertikal pencakar langit, yaitu memberikan rasio perbandingan antara ruang yang inorganik dan organik agar mencapai keseimbangan layaknya diatas tanah. Inilah yang disebut Ken Yeang sebagai "Artificial Land in the Sky". Peniruan terhadap ekosistem ini bisa dianalogikan seperti sarang semut diatas tanah yang dalam skala semut berarti adalah sebuah pencakar langit. Analogi lainnya: seseorang yang memakai payung disaat hujan menerpa, yang merupakan perlindungan terhadap variasi perubahan iklim eksternal, disebutnya sebagai 'cybernetic enclosural system'.